Ruwatan bumi |
Ruwatan bumi adalah sebuah
tradisi upacara adat masyarakat sebagai ungkapan rasa syukur terhadap
Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen pertanian yang melimpah juga sebagai
upacara penolak bala sekaligus penghormatan terhadap nenek moyang yang berjasa
untuk suatu daerah tersebut.
Ruwatan sendiri berasal dari
kata “ruwat” atau dalam bahasa sunda “ngarawat” yang artinya merawat atau
menjaga sedangkan bumi mengandung arti tempat kita hidup. Kata lain ruwatan
bumi berarti menjaga tempat kita hidup.
Pelaksanaan ruwatan bumi
biasanya dilakukan sebelum masyarakat tani memulai bercocok tanam atau sebelum
pengolahan lahan pertanian dimulai. menurut kepercayaan adat istiadat setempat
sebelum diadakannya tradisi ruwatan bumi, petani diharapkan jangan dulu
menggarap lahan pertaniannya jika salah satu petani ada yang melanggar tradisi
tersebut maka akan tertimpa kesialan untuk petaninya, bisa berupa lahan
pertaniannya terserang hama ataupun hasil panen yang menurun sehingga merugi.
Ruwatan bumi dilakukan
dengan cara mengumpulkan masyarakat disuatu tempat, Masing-masing dari
mereka membawa nasi tumpeng yang kemudian nasi tumpeng tersebut dikumpulkan
disuatu tempat dan pada saat acara dimulai masyarakat bisa saling mencicipi
nasi tumpeng tersebut.
Rangkaian acara ruwatan bumi
biasanya diawali dengan ritual berziarah ke salahsatu makam sesepuh yang
berjasa. Disaat para sesepuh kampung melakukan ritual ziarah, masyarakat
kampung menggantungkan macam-macam hasil bumi baik berupa olahan atau bukan
olahan dengan seutas tali yang digantungkan didepan pekarangan atau digang-gang
rumah warga.
Setelah rangkaian ritual
ziarah selesai masyarakat melakukan arak-arakan keliling kampung yang dipimpin
oleh sesepuh kampung atau kepala desa setempat. Gantungan hasil bumi yang telah
digantung menjadi rebutan masyarakat yang ikut arak-arakan tersebut.
Acara puncak ruwatan bumi
diadakan pada malam hari dengan sebelumnya dilakukan doa dan sambutan-sambutan
oleh para sesepuh kampung dan diakhiri acara menyelennggarakan pagelaran wayang
kulit atau wayang golek untuk memeriahkan ruwatan bumi tersebut. Biasanya
rangkaian acara dan pagelaran menggunakan dana swadaya berupa iuran para warga.
Sisi positif diadakannya
ritual ruwatan bumi salahsatunya adalah masyarakat bisa berkumpul dan
bersilaturahmi untuk membahas berbagai kegiatan membangun kampung dan membahas
waktu pengolahan lahan pertanian serta jadwal tanam secara serempak
Advertisement